Wednesday, January 13, 2010

Post2Jaringan Islam Liberal

islamlib.com

JIL Edisi Indonesia

Diskusi JIL Bulan Januari Menafsir Mukjizat Dalam Agama-Agama

Narasumber: Jalaluddin Rakhmat (IJABI Jakarta), Hamid Basyaib (JIL), dan Martin Harun (STF Driyarkara Jakarta). Moderator: Saidiman.

Waktu: Kamis, 28 Januari 2010, Jam 19.00-21.30 WIB, bertempat di Teater Utan Kayu Jakarta

11/01/2010 | | Komentar (6)
#

Mencari Pengganti Gus Dur

Oleh Luthfi Assyaukanie

Pada era Gus Dur lah NU mengalami artikulasi intelektual yang sangat tinggi dan mampu melampaui pencapaian organisasi-organisasi Islam modernis lainnya. Gus Dur sendiri adalah ikon bagi banyak isu penting yang diusung gerakan masyarakat sipil di Indonesia. Dia menjadi ikon demokrasi, HAM, kebebasan, dan pluralisme. Sosok Gus Dur telah mengubah citra NU menjadi sebuah gerakan modern yang pluralis, toleran, dan pro kemajuan.

11/01/2010 | | Komentar (0)
#

NU Pasca Gus Dur

Oleh Luthfi Assyaukanie

Sumbangan terbesar yang dilakukan Gus Dur selama dia menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah adalah kegigihannya dalam membangun ruang-ruang kebebasan dalam tubuh NU. Gus Dur lah yang menyemai kebebasan berpikir dalam NU. Gus Dur lah yang menjadi pelindung anak-anak muda NU yang berpikiran bebas dan berusaha melakukan pembaruan pemahaman keagamaan dalam Islam. 

08/01/2010 | | Komentar (0)
#

Tahlilan Sebagai Subkultur Islam

Oleh Luthfi Assyaukanie

Tahlilan adalah sebuah budaya yang sangat dinamis dan dari sudut pandang antropologis, sangat menarik. Dia tak hanya menjadi perekat sosial, tapi juga mempersatukan elemen masyarakat yang terpisah dalam kompartemen ideologi dan keyakinan. Setidaknya itu yang saya rasakan dalam upacara Tahlilan Tujuh Hari Gus Dur. Berbagai penganut agama tumpah-ruah, beragam tokoh masyarakat melebur, dan berbagai pemeluk keyakinan bersatu ikut membacakan doa-doa untuk Gus Dur. 

06/01/2010 | | Komentar (1)
#

NU dan Perihal Pengganti Gus Dur

Oleh Abd Moqsith Ghazali

Dengan melembagakan gagasan-gagasan besar Gus Dur, kita akan memiliki dua keuntungan sekaligus. Pertama, gerakan pluralisme, HAM dan demokrasi akan berjalan lebih sistematis dan terstruktur. Saya membayangkan sekiranya anak-anak ideologis Gus Dur itu suatu waktu memegang kendali Nahdlatul Ulama (satu ormas Islam terbesar di Indonesia), maka kiranya NU akan kembali menjadi lembaga raksasa yang mengefektifkan gerakan civil society. NU akan menjadi LSM besar yang tak ragu mengadvokasi warga NU secara khusus dan warga bangsa Indonesia secara umum yang mengalami ketidakadilan dan penindasan. 

05/01/2010 | | Komentar (1)
#

Ungkapan Bela Sungkawa

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Jaringan Islam Liberal sangat berduka atas wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Bapak Pluralisme yang semasa hidupnya gigih memperjuangkan corak keberagamaan yang toleran dan terdepan dalam pembelaan kaum minoritas. Semoga beliau menempati maqam yang terhormat di sisi Allah, dan keluarga senantiasa tabah. Allahumma irfa' maqama 'abdika 'Abdirrahman maqaman mahmudan.

05/01/2010 | | Komentar (6)
#

Jurus-jurus Metodologis Melawan Pemuja Teks Liputan Diskusi Buku Metodologi Studi Alquran

Oleh Hatim Gazali

Setiap penafsiran terhadap Alqur'an yang hanya berhenti pada teks, berarti telah menyembah teks itu sendiri. Ini penting disampaikan karena akhir-akhir ini banyak terjadi salah pengertian terhadap tafsir klasik, seperti pengertian hifdz al-dîn. Makna hifdz al-dîn dalam konsep al-Ghazali dan al-Juwaini adalah adanya larangan untuk keluar dari suatu agama. Akan tetapi, disini perlu ada pemaknaan baru dengan tetap meminjam bahasa lama. Karena itulah, saya sepakat memberikan pemaknaan baru terhadap hifdz al-dîn dengan kebebasan beragama. 

05/01/2010 | | Komentar (1)
#

Metode Studi Alqur'an ala JIL Reportase Diskusi Buku Metodologi Studi Alqur'an

Oleh M. Irsyad

Dia juga menyebutkan adanya sejarah kekuasaan saat Mushaf Usmani dijadikan 'closed official corpus' dalam istilah Mohamed Arkoun. Saat itulah Alqur'an menjadi suci. Dia menekankan pembaca untuk membedakan antara wahyu dan penulisan, qur'an dan penafsiran, yang absolut dan yang relatif. Menurutnya hubungan antara teks, konteks dan pembaca itu sangat menentukan. Pada kelompok tekstualis, yang terjadi adalah hubungan antara teks dan pembaca saja, tidak memperhatikan konteks. Menurutnya, konteks perlu dilihat agar Alqur'an menjadi "shâlih li kull-i zamân wa makân". 

05/01/2010 | | Komentar (1)
#

Akar Terorisme

Oleh Syukron Hadi dan M. Irsyad

Suatu pernyataan tekstual di dalam tradisi tidak bisa dilaksanakan apa adanya, melainkan harus dikaitkan dengan konteksnya. Ulil memaparkan, pada zaman nabi perang ekspansif merupakan suatu hal yang lumrah dilakukan dan belum ada aturan internasional seperti sekarang. Nabi hanya melanjutkan tradisi itu. Sangat tidak logis jika menerapkan ajaran jihad tersebut sekarang yang kondisi sosio-politiknya sangat jauh berbeda dengan masyarakat Islam pada masa itu. 

05/01/2010 | | Komentar (0)
#

Mengapa Kalender Hijriah Berdasarkan Rembulan?

Oleh Taufik Damas

Selain itu mereka juga menjadikan rembulan (hilâl) sebagai simbol Allah dan bintang (najmah) sebagai simbol Uzza. Keduanya menjadi simbol yang mereka agungkan. Hingga saat ini, negara-negara di wilayah Timur-Tengah menggunakan rembulan dan bintang dalam bendera-bendera mereka. Berdasarkan ketuhanan rembulan inilah mereka menetapkan penghitungan kalender pada rembulan. Mereka juga menentukan berbagai ritual berdasarkan rembulan, baik shalat, puasa, atau haji.

21/12/2009 | | Komentar (0)
#

Halaman: 1 dari 109  1 2 3 >  Last »

Pencarian

Top of Form


 

GO

Bottom of Form

Rubrik

Copyright ©2001-2008 Jaringan Islam Liberal, All rights reserved.
This website conform with
XHTML,
CSS, RSS, Section 508.

Powered by ExpressionEngine. Design and development by Digdaya.

 

No comments:

Post a Comment